Langsung ke konten utama

Batu Sedang Bersuara


 Pendidikan perlu diperjuangkan karena pendidikanlah keadilan dan kesetaraan bisa terwujud, baik yang menjangkau maupun yang tidak terjangkau.  Itulah prinsip Pengelola Pusat Kegiatan Belajar Mayarakarat, Ibu  Elisabeth Wilhelmina Jawa Tukan, S. Pd. Seorang guru SD dan juga Penggiat Literasi dan Pengurus Ikatan Guru Indonedia Flotim (IGI). 


Selain itu juga,  Ibu Wilhelmina memiliki naluri kesosialan dan tertarik dengan kegiatan sosial kemasyarakatn dalam kesederhanaan ingin membuat sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang. Ia juga dikenal sebagai salah satu Sosok Perempuan Tangguh di Kabupaten Flores Timur, karena memiliki ketanguhan dalam usaha membantu kaum muda di Kabupaten Flores Timur ini.


Dengan melihat permasalahan yag dialami masyarakat di Kabupaten Flores Timur, Ibu Pengiat Literasi ini tergerak hati membentuk PKBM bersama dengan teman-temannya yang berasal dari desa-desa yang ada di Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur, dengan maksud dan tujuan bisa menemukan kearifan lokal yang ada di masyarakat. Kearifan lokal inilah yang akan dikembangkan melalui wadah PKBM .


Dengan kondisi dan situasi yang dipetakan Ibu Wilhelmina bersama teman pengurus PKBM lainnya, maka mereka mendirikan sebuaha wadah yang bergerak di Pendidikan Luar Sekolah, yakni Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Watogogok namanya.

Menurut Ibu Wilhelmina, bahwa keberadaan atau kehadiran PKBM sangat penting di zaman modern ini. Karena menurutnya PKBM merupakan sebuah Lembaga Pendidikan Non Formal yang dikembangkan oleh, dari, dan untuk masyarakat, baik yang ada di kota maupun desa untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk belajar dan diharapkan dapat mampu membangun dirinya secara mandiri sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya.


Dalam konteks kelamaholotan, nama PKBM Watogogok mengandunga makna bahwa "Batu Sedang Bersuara'' artinya bahwa kita harus menyuarakan kepentingan masyarakat umum yang menjangkau dan yang tidak terjangkau di bumi Lamaholot Flores Timur ini. Sehingga masyarakat yang tidak berkesempatan menempuh Pendidikan Formal dapat mengembangkan bakat dan potensi serta keterampilan di salah satu Lembaga Pendidikan Non Formal di Waibalun itu.


Terkait dengan nama PKBM, Wilhelmina menuturkan Watogokok dipilih sebagai nama PKBM inj, karena saya ingin PKBM ini nantinya akan maju dan tetap teguh berdiri kokoh walaupun selalu diterjang gelombang. Watogokok yang selalu berkokok menyuarakan pesan-pesan dari suara yang terlupakan dan mungkin segaja dilupakan orang. Dengan bergandengan tangan kita bisa bangkitkan semangat kaum muda dan orang-orang disekitar kita yang mungkin mau dan akan berubah,"tuturnya".

Ketika disambangi media di desa Lamatutu Hari Minggu 29 Januari 2023, Ibu Wilhelmina menuturkan bahwa PKBM Watogokok di dirikan sejak November 2019 dan dilengkapi dengan berita acara pendiriannya. Walaupun terkesan baru, Ibu Wilhelmina memiliki semangat dalam proses perlengkapan keabsaahan selanjutnya sambil melakukan proses kegiatan belajar maupun pelatihan yang diselenggarakan oleh PKBM Watogokok.


Untuk mendukung kreativitas masyarakat yang akan meningkatkan life skillnya di Lembga Pendidikan Luar Sekolah itu, maka PKBM Watogokok telah melengkapi bidang-bidang keterampilan, yakni ada kegiatan Literasi melalui Taman Baca, Bidang Pelestarian Seni dan Budaya,dan juga ada Pelatihan-Pelatihan atau Kursus, dan juga Bidang Pertanian.


Di Taman Baca PKBM Watogokok biasanya dilakukan Kursus Bahasa Inggris yang diberikan tiga kali dalam seminggu secara gratis bagi anak-anak TKK dan SD. Bahasa Inggris sederhana bagi anak-anak mengingat tuntutan dari Kementerian Pendidikan RI mengharuskan anak-anak wajib berbahasa inggris dimulai sejak dini, dan terkait dengan bidang pendidikan ini PKBM Watogokok juga bermitra dengan Ikatan Guru Indonesia Cabang Flores Timur (IGI). Dengan bermitra dengan IGI Flotim dapat memungkinkan Gerakan Literasi maupun Sosialiasi Portal Rumah Belajar Kemendiknas dapat dilakukan sampai kedesa-desa sambil memberikan sumbangan alat-alat tulis dan juga sembako untuk anak-anak "kata Wilhelmina".

Lebih lanjut menurut Ibu Wilhelmina, PKBM Watogogok terus melakukan gebrakan- gebrakan sesuai fungsi pendirian PKBM, yakni untuk menggali, menumbuhkan, mengembangkan, dan memanfaatkan seluruh potensi yang ada di masyarakat itu sendiri. Dalam arti memberdayakan seluruh potensi dan fasilitas pendidikan yang ada di desa sebagai upaya membelajarkan masyarakat yang diarahkan untuk mendukung pengentasan kemiskinan, dengan prinsip pengembangan dalam rangka mewujudkan demokrasi bidang pendidikan. 


Pada sisi lain tujuan PKBM, "kata Wilhelmina" adalah untuk lebih mendekatkan proses pelayanan pendidikan terutama proses pelayanan pembelajaran yang dipadukan dengan berbagai tuntutan, masalah-masalah yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat itu sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untukmu Lewotobi

  Hai gunung merapi lewotobi.. Suaramu begitu menggelegar.. Getaranmu amat dahsyat.. Menyemburkan panasnya lahar hingga sampai kapan akan usai.. Lelahku menyusuri waktu.. Di setiap detik debu berterbangan.. mengikuti arah angin nan syahdu.. Pekat gelap pun seakan menutupi kompas arahku.. Erupsi hingga tangisan membahana mengundang luka tak kunjung sembuh.. Kulihat awan pun mulai menghitam.. Lahar menjelmah bagai air mengalir pada sekujur tubuhmu hingga menuju ke tanah ketuban anak tanah.. Mengapa semuanya ini terjadi..? Aku pun bermadah dalam doa mencurahkan duka pada yang kuasa.. Air mata menganak pada setiap pemilik hati yang berpasrah.. Asa terhenti tak dapat berkutik hingga terkulai.. Lahan pertanian bagai membeku tertutup debu vulkanik nan tebal... Semuanya terhempas oleh debu.. Dan puisiku menjadi saksi bisu hingga meneteskan air mata.. Lewotobi.. Lekas pulih kembali.. Dan biarkan cintamu bersemi tanpa henti.. Terpatri bagi anak tanah hingga abadi.. Pirlo Luron, Syair Anak Petani

Setiap Peristiwa Itu Indah

  Dalam hening malam, kita merenung, Tentang hidup yang terus berjalan. Setiap detik berharga, tak ada yang terbuang, Setiap pilihan membawa kita ke tujuan.   Ada suka, ada duka, dalam setiap cerita, Tapi semua itu bagian dari kehidupan kita. Kita belajar, kita tumbuh, kita terus bergerak, Mencari makna di balik setiap tikungan.   Kita berbagi cinta, kita berbagi tawa, Kita merasakan sakit, kita merasakan luka. Tapi di balik itu semua, ada kekuatan yang mengagumkan, Itulah kehidupan, selalu berubah, selalu berkelanjutan.   Jadi, mari kita hargai setiap momen, Dan belajar dari setiap peristiwa. Karena dalam setiap langkah dan setiap tindakan, Kita menemukan diri kita, dan makna kehidupan Pirllo Luron,Syair Anak Petani🌹

Tak cukup mencatat tangismu

  Mendengar ribuan bocah isak tangis Menyaksikan muka-muka penuh haru Melihat bocah menikuk mencari ibunya Bocah tersentuh kalah menyentuh tangan mereka berdebu, Semua jadi berbeda Selepas gelombang melanda AI Sirapaji Meluluhlantakkan Watan Lagadoni Yang tinggal hanyalah cerita Di sudut Ai Sirapaji Yang terlihat hanya sisa - sisa puing Bangunan terkeping - keping Apa yang terjadi disini??? Di sudut Watan Lagadoni Mereka menemukan seorang bayi Yang meratapi seonggok mayat Sambil terus meneriakkan "Ibu....Ibu Ai Sirapaji Watan Lagadoni Ratapan kian terdengar jelas Apa yang sebenarnya terjadi?? Ada apa dengan Ai Sirapaji Watan Lagadoni?? Namun entah mengapa Laut mengeluarkan amarahnya Gelombang besar terbentuk jelas Menghantam daratan dengan ganas Ai Sirapaji Watan Lagadoni kembali menangis Berlinang air mata jatuh ke tanah Menyaksikan gelombang yang kian bengis Menenggelamkan kampung halamanku... Bagaimana tidak Amarah yang besar itu Tanpa aba-aba,tanpa permisi Menggulung apa yang