Langsung ke konten utama

Kristus mengubah Salib, palang siksaan itu, menjadi Pohon Kehidupan, pokok penyelamatan kita.

 


Minggu 2 April 2023, mengajak umat sekalian untuk bersama-sama merenungkan makna salib yang bakal bertransformasi menjadi Pohon Kehidupan.


Untuk mengantar kita ke dalam inti permenungan di awal Pekan Suci ini, Gereja menyodorkan kepada kita beberapa Bacaan Kitab Suci yang dibagi ke dalam dua bagian, yakni Bacaan Kitab Suci untuk perarakan dan Bacaan Kitab Suci untuk Ekaristi.


Bacaan Kitab Suci untuk perarakan diambil dari Injil Matius 21:1-11, sedangkan untuk perayaan Ekaristi mencakup Kitab Yesaya 50:4-7, Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi 2:6-11, dan Injil Matius 26:14-27;66


Saudara-Saudari terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus! Sesudah tahun-tahun pandemi Covid-19 ketika kita merayakan Pekan Suci dan Pesta Paskah secara sederhana dalam suasana hening, kini kita boleh merayakannya kembali secara meriah.


Di hari Minggu Palma kita mengarak Kristus Sang Raja Damai dengan lambaian daun palma, seperti anak-anak Ibrani dulu menyambut Yesus masuk ke Yerusalem dengan ranting-ranting zaitun dan pekikan: HOSANNA!


Kita mengarak-Nya ke dalam Gereja, sebagai lambang kita membuka bait suci hati kita bagi Almasih yang datang untuk menebus umat manusia yang berdosa: "Hosanna bagi Putra Daud. Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!"


Lalu dalam perayaan Ekaristi kita membaca Kisah Sengsara Yesus menurut Injil Matius. Bacaan ini mengingatkan kita kembali pada apa yang terjadi di Yerusalem dulu: sebuah kontras yang tajam dan tragis antara perarakan meriah Minggu Palma dan Kisah Sengsara Juruselamat Tersalib.


Lambaian daun palma diganti dengan cemeti dan mahkota duri. Dia yang dipuja-puji dalam pekikan 'Hosanna' kini dihujat dengan hinaan, lalu dijatuhi hukuman mati atas cara paling keji: "SALIBKANLAH DIA!"


Tetapi justru pada palang Salib inilah Yesus menyatakan belaskasih-Nya yang tak terhingga sebagai Almasih yang rela menanggung derita seperti yang diramalkan Yesaya (Lihat Yesaya 50:4-7 yang dibacakan hari ini dan lebih lagi Yesaya 53 dalam Ibadat Jumat Agung).


Namun karena kasih-Nya, Kristus mengubah Salib, palang siksaan itu, menjadi Pohon Kehidupan, pokok penyelamatan kita.


Di Yerusalem, menjelang Paskah Yahudi waktu itu, banyak sekali orang terlibat di jalan getir penyaliban Yesus:


Yudas yang berkhianat, Petrus yang menyangkal, Pilatus hakim yang tak adil, Herodes raja yang kejam, Anas dan Kayafas Imam Agung, serdadu-serdadu yang menyesah, murid-murid yang melarikan diri, wanita-wanita Yerusalem yang meratap, Maria Bunda Duka, dan banyak lagi.


Tapi sesungguhnya, kita semua yang berdosa telah ikut menimpakan kesalahan pada pundak Dia Yang Tersalibkan itu.


Lantas, di manakah saya berdiri dalam seluruh peristiwa ini? Inilah pertanyaan yang menyertai renungan kita sepanjang Pekan Suci ini.


Yesus Penyelamat tersalib, Anak Domba yang tiada bernoda, oleh luka-luka-Mu kami disembuhkan, oleh kematian-Mu kami dihidupkan.


Kasihanilah kami orang berdosa ini, ya Tuhan, dan kuduskan kami berkat penebusan-Mu menjadi umat suci yang terbakti pada Bapa. Amin.


NDL

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Dipungut Waktu

 Senja yang mulai beringsut, tenggelam di matamu yang sayup, melukis aksara dengan segala jingganya. Indah, meski harus menepi….   Di tempat yang sunyi, aku menulis sebuah puisi, tentang kita yang sedang berjuang, tentang hidup yang tidak bisa ditebak. Semuanya kutuangkan pada selembar kertas putih dengan coretan pena.   Di kelopak matamu ada puisi. Begitu dalam, aku takut meluluhlantakkan puisi yang mendiami kelopak matamu selama ini. Sebab arti dari semua pandangan matamu,  bisa menghapus buih-buih kesedihan yang bergantung di mataku.   Puan, jika suatu saat nanti puisiku bisa menyaingi puisi di kelopak matamu  izinkan aku mengabadikannya  dalam satu halaman buku.  Menempatkan pada inti  dari semua antologi puisiku.   Reruntuhan rindu jatuh dipungut waktu, Kata demi kata kutulis rapi dalam rahim puisi. Imajinasi meledak di kepala Aku tidak rela Rindu dipungut waktu.   Lalu, aku mencoba untuk mengembalikannya,  mengubur dalam-...

Pekan II Masa Prapaskah

  Sebagai orang beriman, kita sering kali menemukan persoalan dan tantangan hidup. Ada rajutan penderitaan dan kebahagiaan yang menjadi warna dalam kehidupan kita. Ada catatan tentang mereka yang membenci dan menjadi support system kita. Pada Minggu Prapaskah II ini, kita diajak belajar dari tokoh Abraham, yang mengajarkan kepada kita bahwa kegagalan dan penderitaan sebagai bagian dari olah kesetiaan iman kita. Hal senada juga disampaikan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius agar kita tetap tabah dalam mewartakan Kabar Gembira dari Tuhan. Penderitaan yang kita alami dalam pemberitaan Kabar Sukacita hendaknya tidak membuat kita kecewa dan putus asa atau bahkan mundur dari tanggung jawab kita sebagai orang beriman. Serahkanlah dalam kasih karunia Allah. Dia tidak akan pernah membiarkan kita dikuasai oleh kegelapan. Kekuatan inilah yang harus kita kedepankan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Peristiwa transfigurasi dalam kisah Injil hari ini mestinya membuka pikir...

Setiap Peristiwa Itu Indah

  Dalam hening malam, kita merenung, Tentang hidup yang terus berjalan. Setiap detik berharga, tak ada yang terbuang, Setiap pilihan membawa kita ke tujuan.   Ada suka, ada duka, dalam setiap cerita, Tapi semua itu bagian dari kehidupan kita. Kita belajar, kita tumbuh, kita terus bergerak, Mencari makna di balik setiap tikungan.   Kita berbagi cinta, kita berbagi tawa, Kita merasakan sakit, kita merasakan luka. Tapi di balik itu semua, ada kekuatan yang mengagumkan, Itulah kehidupan, selalu berubah, selalu berkelanjutan.   Jadi, mari kita hargai setiap momen, Dan belajar dari setiap peristiwa. Karena dalam setiap langkah dan setiap tindakan, Kita menemukan diri kita, dan makna kehidupan Pirllo Luron,Syair Anak Petani🌹