Senja yang mulai beringsut,
tenggelam di matamu yang sayup,
melukis aksara dengan segala jingganya.
Indah, meski harus menepi….
Di tempat yang sunyi,
aku menulis sebuah puisi,
tentang kita yang sedang berjuang,
tentang hidup yang tidak bisa ditebak.
Semuanya kutuangkan pada selembar kertas putih dengan coretan pena.
Di kelopak matamu ada puisi.
Begitu dalam, aku takut
meluluhlantakkan puisi
yang mendiami kelopak matamu selama ini.
Sebab arti dari semua pandangan matamu,
bisa menghapus buih-buih kesedihan
yang bergantung di mataku.
Puan, jika suatu saat nanti
puisiku bisa menyaingi puisi di kelopak matamu
izinkan aku mengabadikannya
dalam satu halaman buku.
Menempatkan pada inti
dari semua antologi puisiku.
Reruntuhan rindu jatuh
dipungut waktu,
Kata demi kata kutulis rapi
dalam rahim puisi.
Imajinasi meledak di kepala
Aku tidak rela
Rindu dipungut waktu.
Lalu, aku mencoba untuk mengembalikannya,
mengubur dalam-dalam
agar rindu tidak tercecar kemana-mana.
Sebab bila hujan datang
rindu akan mengalir pada hati yang salah.
Puan Leni 😊😍🥰
BalasHapusiya kak🙏
BalasHapus