Langsung ke konten utama

Aku Tak Menyangka



Aku bukan jalang jalanan 

yang di hadirkan untuk kau rendahkan

Bukan juga siaga kau lacuri sedemikian

pun aku tak melayani adalah kematian


Terjebak dalam kehausan yang buta

Di pelataran arca-arca berbagai rupa

Raja-raja yang bertanya tentang takhta

Penasihat yang mengadu domba


Hingga jingga tak lagi tentang ibadah

Kejaliman mulai berkuasa

Sumpah melimpah tak adil tentang perintah

Budak-budak perempuan meminta belas kasih


Oooh sangkakala 

Aku tak menyangka

Kodratku bukanlah penghibur belaka

Oooh yang kuasa

Dimana?


Aku di sodomi kata-kata yang tak terpuji

Dicelah aku dalam jeruji

Perempuan bermata biru air mata meniti

Ingat, riwayatku tak pernah mati


Kini terpampang tubuhku

Didepan mata sang bengal benalu

dalam kediaman nafsu

Tuhanku, aku malu


Kau hadirkan aku tanpa persetujuanku

Cobaan ini tanpa mauku

Air mata ini untukmu tuhanku

Air mata ini untukmu ibuku


Perempuan gurun

Tangisanmu tak di dengar muazin

Sedangkan suara mereka adalah panggilan

Dimana keadilan?


Oooh ya alaika salam

Salam bagimu baginda yang kelak mati kelam

Salam bagimu senyum yang di sulam

Dan salam bagimu anakku yang tak sempat gumam

Di paksa mati dalam rahim 

milik tuan dan tuhan



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Dipungut Waktu

 Senja yang mulai beringsut, tenggelam di matamu yang sayup, melukis aksara dengan segala jingganya. Indah, meski harus menepi….   Di tempat yang sunyi, aku menulis sebuah puisi, tentang kita yang sedang berjuang, tentang hidup yang tidak bisa ditebak. Semuanya kutuangkan pada selembar kertas putih dengan coretan pena.   Di kelopak matamu ada puisi. Begitu dalam, aku takut meluluhlantakkan puisi yang mendiami kelopak matamu selama ini. Sebab arti dari semua pandangan matamu,  bisa menghapus buih-buih kesedihan yang bergantung di mataku.   Puan, jika suatu saat nanti puisiku bisa menyaingi puisi di kelopak matamu  izinkan aku mengabadikannya  dalam satu halaman buku.  Menempatkan pada inti  dari semua antologi puisiku.   Reruntuhan rindu jatuh dipungut waktu, Kata demi kata kutulis rapi dalam rahim puisi. Imajinasi meledak di kepala Aku tidak rela Rindu dipungut waktu.   Lalu, aku mencoba untuk mengembalikannya,  mengubur dalam-...

Pekan II Masa Prapaskah

  Sebagai orang beriman, kita sering kali menemukan persoalan dan tantangan hidup. Ada rajutan penderitaan dan kebahagiaan yang menjadi warna dalam kehidupan kita. Ada catatan tentang mereka yang membenci dan menjadi support system kita. Pada Minggu Prapaskah II ini, kita diajak belajar dari tokoh Abraham, yang mengajarkan kepada kita bahwa kegagalan dan penderitaan sebagai bagian dari olah kesetiaan iman kita. Hal senada juga disampaikan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius agar kita tetap tabah dalam mewartakan Kabar Gembira dari Tuhan. Penderitaan yang kita alami dalam pemberitaan Kabar Sukacita hendaknya tidak membuat kita kecewa dan putus asa atau bahkan mundur dari tanggung jawab kita sebagai orang beriman. Serahkanlah dalam kasih karunia Allah. Dia tidak akan pernah membiarkan kita dikuasai oleh kegelapan. Kekuatan inilah yang harus kita kedepankan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Peristiwa transfigurasi dalam kisah Injil hari ini mestinya membuka pikir...

Setiap Peristiwa Itu Indah

  Dalam hening malam, kita merenung, Tentang hidup yang terus berjalan. Setiap detik berharga, tak ada yang terbuang, Setiap pilihan membawa kita ke tujuan.   Ada suka, ada duka, dalam setiap cerita, Tapi semua itu bagian dari kehidupan kita. Kita belajar, kita tumbuh, kita terus bergerak, Mencari makna di balik setiap tikungan.   Kita berbagi cinta, kita berbagi tawa, Kita merasakan sakit, kita merasakan luka. Tapi di balik itu semua, ada kekuatan yang mengagumkan, Itulah kehidupan, selalu berubah, selalu berkelanjutan.   Jadi, mari kita hargai setiap momen, Dan belajar dari setiap peristiwa. Karena dalam setiap langkah dan setiap tindakan, Kita menemukan diri kita, dan makna kehidupan Pirllo Luron,Syair Anak Petani🌹