Langsung ke konten utama

cintai perempuan bukan perawan




Sepasang kekasih itu akhirnya memutus berpisah, terpaut mudah untuk mengakhiri, namun hati yang bernyawa perihal asmara, mata yang mengheja hari-hari, kesaksian rindu yang kian hari tak lagi menggebu  perempuan itu memilih sudahi untuk hadirnya sedih. 


Itulah perempuan, dibalik akhirnya asmara pasti adanya penindasan, tak beda jauh dengan sejarah mencatat (komunal primitif) yang dimana perempuanlah yang menemukan konsep bertani,beternak,bangunan,arti sastra, obat-obatan, dan sebagainya, namun semua itu di ambil alih oleh kaum laki-laki,yang dengan dada busungnya " perempuan itu lemah ketika hamil dan butuh waktu lama menjalankan roda yang ditemuinya" cikal bakal di rampas hak PEREMPUAN!


Kesaksian sejarah yang masih saja hidup hingga modern ini, menelisik lebih jernih lagi, kabar media berita  terpampang perihal perempuan-perempuan yang di kecewakan, adalah buruh perempuan yang di beri upah tak layak, cuti hamil haid yang ditiadakan, tenaga yang dikuras.


Adalah anak perempuan yang di sekat pendidikan, dikatakan orang tuanya bahwa kau adalah dapur yang hanya makan dan minum kau urusi untuk abangmu yang kelak menjadi manusia yang manusiawi.


Cuih 

Manusia yang manusiawi adalah aku perempuan!

Bukankah aku yang hadirkan si laki-laki kebanggaanmu itu?

Adalah perempuan tani yang dengan palu dan arit berdo'a di tuduh tak beragama, mereka itu di doktrin hal-hal tidak baik tentang KOMUNISME, mereka itu yang jadikan budak rezim hari-hari lima tahun bertandang, mereka berbicara seenaknya namun tak memahami apa itu KOMUNISME!


Sepasang itu alkisah menutup kisah, perempuan dengan beratnya menyembunyikan air mata sebab di rasa di tindas di kecewakan. 

Aku ujar perempuan itu dalam buku dearynya: lebih baik kita akhiri kisah ini, kau teramat biadab yang menguji kesetianku dengan membuka perawanku, pintamu aku menolak, sebab ketulusan cinta bukan di ukur dari ku serahkan secara pasrah keperawananku, aku menolak itu, menolak itu, Menolak!


Jangan biarkan keperawananmu di renggut atas janji kebiadaban mengukur keseriusan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Dipungut Waktu

 Senja yang mulai beringsut, tenggelam di matamu yang sayup, melukis aksara dengan segala jingganya. Indah, meski harus menepi….   Di tempat yang sunyi, aku menulis sebuah puisi, tentang kita yang sedang berjuang, tentang hidup yang tidak bisa ditebak. Semuanya kutuangkan pada selembar kertas putih dengan coretan pena.   Di kelopak matamu ada puisi. Begitu dalam, aku takut meluluhlantakkan puisi yang mendiami kelopak matamu selama ini. Sebab arti dari semua pandangan matamu,  bisa menghapus buih-buih kesedihan yang bergantung di mataku.   Puan, jika suatu saat nanti puisiku bisa menyaingi puisi di kelopak matamu  izinkan aku mengabadikannya  dalam satu halaman buku.  Menempatkan pada inti  dari semua antologi puisiku.   Reruntuhan rindu jatuh dipungut waktu, Kata demi kata kutulis rapi dalam rahim puisi. Imajinasi meledak di kepala Aku tidak rela Rindu dipungut waktu.   Lalu, aku mencoba untuk mengembalikannya,  mengubur dalam-...

Pekan II Masa Prapaskah

  Sebagai orang beriman, kita sering kali menemukan persoalan dan tantangan hidup. Ada rajutan penderitaan dan kebahagiaan yang menjadi warna dalam kehidupan kita. Ada catatan tentang mereka yang membenci dan menjadi support system kita. Pada Minggu Prapaskah II ini, kita diajak belajar dari tokoh Abraham, yang mengajarkan kepada kita bahwa kegagalan dan penderitaan sebagai bagian dari olah kesetiaan iman kita. Hal senada juga disampaikan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius agar kita tetap tabah dalam mewartakan Kabar Gembira dari Tuhan. Penderitaan yang kita alami dalam pemberitaan Kabar Sukacita hendaknya tidak membuat kita kecewa dan putus asa atau bahkan mundur dari tanggung jawab kita sebagai orang beriman. Serahkanlah dalam kasih karunia Allah. Dia tidak akan pernah membiarkan kita dikuasai oleh kegelapan. Kekuatan inilah yang harus kita kedepankan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Peristiwa transfigurasi dalam kisah Injil hari ini mestinya membuka pikir...

Setiap Peristiwa Itu Indah

  Dalam hening malam, kita merenung, Tentang hidup yang terus berjalan. Setiap detik berharga, tak ada yang terbuang, Setiap pilihan membawa kita ke tujuan.   Ada suka, ada duka, dalam setiap cerita, Tapi semua itu bagian dari kehidupan kita. Kita belajar, kita tumbuh, kita terus bergerak, Mencari makna di balik setiap tikungan.   Kita berbagi cinta, kita berbagi tawa, Kita merasakan sakit, kita merasakan luka. Tapi di balik itu semua, ada kekuatan yang mengagumkan, Itulah kehidupan, selalu berubah, selalu berkelanjutan.   Jadi, mari kita hargai setiap momen, Dan belajar dari setiap peristiwa. Karena dalam setiap langkah dan setiap tindakan, Kita menemukan diri kita, dan makna kehidupan Pirllo Luron,Syair Anak Petani🌹