Langsung ke konten utama

Antara Hujan dan Kegelisahan

 

Seperti biasanya aku masih belum juga tidur. Mengantuk pun tidak, hanya jari jemari ku yang aktif memainkan pensil itu hingga seolah menari di atas lembaran putih bergaris. Sang pensil pun mengerti peranan nya saat ini.  Yang harus dengan rela begadang karena aku yang menggerakkan nya dengan tangan ku. Meski aku tak punya tujuan kali ini, namun ternyata tergambar juga apa yang selama ini hatiku ingin utarakan. 

Jujur saja aku ini bukan orang yang gampang mengungkapkan perasaan. Bahkan untuk sekedar berkeinginan pun aku selalu memikirkan nanti bagaimana bukan bagaimana nanti. 

Tergambar disitu seorang pria yang sedang kehujanan sambil mengenggam setangkai mawar di kejauhan menatapi seorang wanita yang memakai payung untuk pergi menjauhi. Ehm, sebuah gambaran yang cukup rumit untuk di katakan sebenarnya. Situasi yang tak mengenakkan tentunya. 


Bukan tanpa alasan kenapa aku bisa menggambarkan keadaan itu. Ketika perasaan dan hati ku ini tengah di landa kegelisahan setelah di tinggalkan oleh seorang yang di sayangi. Dia pergi tanpa pamit atau apapun setelah kesalahpahaman terjadi seolah memang di rencakan untuk begitu. Jujur saja saat itu aku merasa sesak. Bagaimana tidak setelah beberapa hari sebelumnya aku merasakan perasaan berbunga karena menganggap dunia sedang baik baik saja, perasaan berlebih atas indah dalam sebuah hubungan yang ku harapkan berlanjut ke arah yang lebih serius. Atas dasar keinginan untuk saling memahami satu sama lain. Namun sayangnya itu hanya imaji ku saja, karena ternyata kebanyakan orang hanya memanfaatkan perasaan nyaman itu sebagai sarana berlindung dan persinggahan sejenak saja. Setelah sembuh semua luka nya, setelah datang kesempatan untuk kembali mendapatkan apa yang di inginkan nya. Maka dia kan mencari cara untuk menjauhi seolah tak terjadi apa-apa sebelum ini.  

Sebuah cara picik yang selalu aku benci. Kenapa harus mengorbankan orang lain jika hanya ingin mendapatkan perhatian dari masalah nya sendiri.  


Sudahlah, itu hanya masa lalu karena terjadi beberapa hari yang lalu. Dan aku pun sudah mengetahui sebab musabab nya hingga menyadari kebodohan itu memang salah ku sendiri. Salahku terlalu menanggapi perhatian itu sebagai pernyataan perasaan suka. Padahal belum tentu benar seperti itu. Seperti sekarang yang aku alami. Bukan aku tak bisa menerima hanya saja masih sulit untuk melupakan semua. 

Kata kata manis, ungkapan sayang atau sekedar bermanja manja. Itu seolah melenakan padahal itulah awal sebuah kehancuran. Entah aku yang bodoh atau dia yang terlalu mempesona hingga aku dengan mudah nya terbawa kebawah kendalinya. Ah aku sudah tak mau memikirkan nya lagi. 


Saat ini aku hanya ingin sendiri. Melukiskan betapa rapuhnya pondasi yang ku bangun dahulu. Hingga kejadian ini menyeret ku ke dalam proses pembelajaran bahwasanya tak semua orang baik itu peduli. Dan yang peduli itu tulus. Karena banyaknya kejadian yang serupa. Hanya di jadikan pelampiasan saja. Rasanya seperti Pelangi pergi tanpa pamit.

 Sesuatu yang sebenarnya belum di ketahui namun sangat terasa kental di ingatan. Bahkan aku sudah bisa menebak bagaimana alur kedepannya. 


"My, kmu boleh pergi tapi jangan hilang". Itu kata kata ku yang sekarang terngiang.  Sebuah perkataan yang sebenarnya menyakitkan jika di rasakan. Apalagi melihat dia ternyata hanya menjadi kan ku sebagai sarana untuk mencapai tujuan nya kembali meraih simpati mantan kekasihnya. Ternyata aku hanya pelampiasan. Itulah yang membuat ku merasa terbodohi perasaan. 


"Aku sayang kamu" adalah kalimat singkat yang banyak di salah pahami. Oleh aku atau pun kebanyakan orang yang mengalami. Jika kamu merasakan hal yang sama berarti kita senasib. 

Perasaan sepihak yang di salah arti hingga timbul luka hati yang tak sulit untuk terobati. Butuh  banyak waktu untuk proses pemulihan ini. 


Sekarang banyak sekali orang yang menjadi sok bijak dengan dalih bahwa itu realita kehidupan yang terjadi sehari hari. Menyingkap perasaan yang terungkap dengan cara memenuhi isi kepala dengan kata kata yang penuh arti. Namun ujungnya sama saja. Setelah nyaman lalu di tinggalkan. Setelah meninggalkan bukannya hilang malah datang lagi memperlihatkan. Seolah ingin pamer dengan kemenangan. Ah, mungkin itulah yang sebenarnya dari awal dia inginkan. Sudahlah... 


"Kamu tahu? Ada banyak penderitaan yang di jadikan senjata oleh mereka. Senjata yang melenakan kita lalu menikam dari belakang. Itu lah taktik permainan ini". Kata seorang teman yang menasehati ku setelah ketahuan aku galau dari kemarin kemarin. Sebagian kata katanya ada benarnya juga. Namun bagi yang merasakan takkan mudah untuk menerima kenyataan ini. Seperti aku yang masih saja mencari cari. Sedikit berharap agar dapat kembali sedia kala. Padahal semua nya hanyalah kesia siaan saja. Tak ada gunanya melihat kenyataan keberadaan mereka. Ah memang merepotkan. Perasaan ini jelas menyiksa apalagi menyaksikan orang yang di kasihi malah berbalik menjauhi seolah tak menghargai apa yang telah kita beri. Hingga kesakitan ini berubah menjadi kesadaran diri. Nah, inilah prosesnya untuk bangkit kembali.. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untukmu Lewotobi

  Hai gunung merapi lewotobi.. Suaramu begitu menggelegar.. Getaranmu amat dahsyat.. Menyemburkan panasnya lahar hingga sampai kapan akan usai.. Lelahku menyusuri waktu.. Di setiap detik debu berterbangan.. mengikuti arah angin nan syahdu.. Pekat gelap pun seakan menutupi kompas arahku.. Erupsi hingga tangisan membahana mengundang luka tak kunjung sembuh.. Kulihat awan pun mulai menghitam.. Lahar menjelmah bagai air mengalir pada sekujur tubuhmu hingga menuju ke tanah ketuban anak tanah.. Mengapa semuanya ini terjadi..? Aku pun bermadah dalam doa mencurahkan duka pada yang kuasa.. Air mata menganak pada setiap pemilik hati yang berpasrah.. Asa terhenti tak dapat berkutik hingga terkulai.. Lahan pertanian bagai membeku tertutup debu vulkanik nan tebal... Semuanya terhempas oleh debu.. Dan puisiku menjadi saksi bisu hingga meneteskan air mata.. Lewotobi.. Lekas pulih kembali.. Dan biarkan cintamu bersemi tanpa henti.. Terpatri bagi anak tanah hingga abadi.. Pirlo Luron, Syair Anak Petani

Setiap Peristiwa Itu Indah

  Dalam hening malam, kita merenung, Tentang hidup yang terus berjalan. Setiap detik berharga, tak ada yang terbuang, Setiap pilihan membawa kita ke tujuan.   Ada suka, ada duka, dalam setiap cerita, Tapi semua itu bagian dari kehidupan kita. Kita belajar, kita tumbuh, kita terus bergerak, Mencari makna di balik setiap tikungan.   Kita berbagi cinta, kita berbagi tawa, Kita merasakan sakit, kita merasakan luka. Tapi di balik itu semua, ada kekuatan yang mengagumkan, Itulah kehidupan, selalu berubah, selalu berkelanjutan.   Jadi, mari kita hargai setiap momen, Dan belajar dari setiap peristiwa. Karena dalam setiap langkah dan setiap tindakan, Kita menemukan diri kita, dan makna kehidupan Pirllo Luron,Syair Anak Petani🌹

Tak cukup mencatat tangismu

  Mendengar ribuan bocah isak tangis Menyaksikan muka-muka penuh haru Melihat bocah menikuk mencari ibunya Bocah tersentuh kalah menyentuh tangan mereka berdebu, Semua jadi berbeda Selepas gelombang melanda AI Sirapaji Meluluhlantakkan Watan Lagadoni Yang tinggal hanyalah cerita Di sudut Ai Sirapaji Yang terlihat hanya sisa - sisa puing Bangunan terkeping - keping Apa yang terjadi disini??? Di sudut Watan Lagadoni Mereka menemukan seorang bayi Yang meratapi seonggok mayat Sambil terus meneriakkan "Ibu....Ibu Ai Sirapaji Watan Lagadoni Ratapan kian terdengar jelas Apa yang sebenarnya terjadi?? Ada apa dengan Ai Sirapaji Watan Lagadoni?? Namun entah mengapa Laut mengeluarkan amarahnya Gelombang besar terbentuk jelas Menghantam daratan dengan ganas Ai Sirapaji Watan Lagadoni kembali menangis Berlinang air mata jatuh ke tanah Menyaksikan gelombang yang kian bengis Menenggelamkan kampung halamanku... Bagaimana tidak Amarah yang besar itu Tanpa aba-aba,tanpa permisi Menggulung apa yang