Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2023

Kapankah Mahasiswa Sadar??

  Tulisan ini berangkat dari keresahan pikir dan diskusi-diskusi sekelompok mahasiswa dalam beberapa hari terakhir ini menggeluhkan pembayaran UKT Dan SPP yang setiap tahunnya harus di tunaikan sebagai kewajiban menuntut pendidikan di Perguruan Tinggi. Akhir-akhir ini kita kembali di kejutkan dengan berbagai situasi kebijakan kampus yang mencekam mahasiswa. Persisnya tentang mahalnya biaya kuliah mahasiswa meski di tengah kondisi Covid, nama ini tak ding dari sebagian mahasiswa komersialisasi pendidikan namanya dalam perguruan tinggi, namun tak bisa ku sebutkan dari mana universitas itu berada tinggal mahasiswa sendiri melihat, membaca dan menganalisis terkait Biaya Kuliah yang setiap semester kian memuncak di tambah lagi kondisi perekomian orang tau yang kian merosot di tengah badai Covid 19. Urusannya tak jauh dari mahalnya biaya kuliah hingga kian sulitnya mendapatkan pembayaran setiap semesternya. Pada kasus itulah lembaga kemahasiswaan mengambil sikap berontak atau bisa memediasi

Antara Ruang dan Waktu

  Yanna.... Masih terlalu pagi Sebuah nama dari puisi itu mampir Dan mengetuk di kepalaku Sebait sajak dari bibirnya mengingatkanku. Pada rindu yang tak pernah usai Dikala peluk telah menjadi jarak  Yanna.... Masih Terlalu dini, Aku merindukanmu, Dan memilih berdiri diatas pijakan penuh lilitan. Masih ku sebut namamu dalam doaku Jatuh cinta padamu di setiap detik-detik Waktu. Dan memainkan nada Pada gemulai suara di bibirku. Yanna... Kekasihku,pada resa penuh gelisah Ijinkan aku menulis namamu Pada selembar kertas putih coretan pena hitam ini. Yang lahir ketika hatimu dan hatiku bersanding. Memeluk dalam perasaan-perasaan Yang terdalam. Yanna.... Atas nama cinta dan ketulusan Dan sisi kesetiaan tinggi Dalam desau dan hembusan nafas Yang menyatu dalam tubuhku. Aku padamu,lelah yang tenggelam pada  Penantian, Peluk dalam kehangatan yang mengobarkan isi jiwa. Aku padamu, pasrah yang menolak lupa  Pada doa-doa yang menyatukan harapan Aku padamu,rindu yang pura-pura terawa Pada jarak yang m

Variasi Ratapan

 Jika mungkin, aku harus meratap Dengan sujud aku memohon Jika tak ada rambu-rambu kematian Biarkan secukupnya aku menebar Rona doa dengan harum dari Jiwa pemberontak. Dan memberi aba-aba, cukup Sederhana Mempertahankan hidup meski Jari-jari tubuhku Kehabisan air mata.      Jika aku meminta untuk      Melempar diri padamu      Kau beri obat tidur tak bisa ku      Ingkari.      Himpunan semesta yang getir      Dan hati yang gigil      Darahku tumpah lagi      Mengetuk nyaring gemuruh biru      Tak perlu ada pilu dan berpedi      Dadaku tegar tak pernah         Di lakukan musim... “Luron Nobertus Dalu”

Dinding Jeruji Jadi Saksi Bisu

Senja sore ini Berubah menjadi kelam kabut Melawan takut       Aku tahu       Apakah hati sudah terpisah       Kita tidak saling mengucapkan Bertahun-tahun ku mencoreti dinding jeruji ini. Kuleber selku dengan rindu Biar yang lain tak mencoreti dinding ini.        Apakah dinding jeruji ini        Memadamkan rasa cinta        Yang menyelami keheningan         Harapan.         Menerawangi riuh kehidupan  Ataukah dinding jeruji ini Menghayati pahit mencengkram Merobek luka Yang tak pernah disembuhkan     Ku terdiam     Berhenti disini     Atau menjangkau     Hari esok     Memandang kedepan     Dalam liku perasaan. NDL

Bercerita tentang malam rembulan

  Bercerita tentang malam rembulan Tersentuh jiwaku pada bayangmu nun jauh Bimbang menyeruak di hati Masihkah kau seperti lalu  Ataukah kau kini telah berdua Melupa tentang kisah indah kita Kala tawa canda menyentuh cerita berbagi Aku tak bisa menjangkau nyatamu Kau disana terpisah lautan dan daratan Ku hanya bisa merindui Ketika malam ku beradu mimpi Dan ketika siang bergelut tugas Adakah kau masih merasai debar-debar kita Saat kau berucap dalam goresmu Ingin tinggal di dalam hatiku Ataukah itu hanya bualanmu Tuk sekedar buatku berandai.... Bila kau tahu hatiku tak kan mungkin kau hanya sekedar bergurau perasaan Sesungguhnya ku tak sekedar menyukai Namun ku terperangkap dalam pesonamu Dan bisakah ku katakan ku jatuh cinta? Sedangkan kau kini seakan berubah Mencipta jarak ketika sapamu telah jarang Ketika candamu seakan telah terhalang bisumu Maafkan bila ku telah memilki rasa indah padamu Maafkan bila ku menafsir arti hadirmu yang salah Semoga ku akan bisa benahi rasa ini Hingga ku ka

batu-batu bisu menanggung lumut

 antara surga dan neraka inilah ziarah yang merangkak lambat batu-batu bisu menanggung lumut bersujud dalam surut mata air kabut melecut hari: kata siapa semenjak luka kau namai doa. pahit kopi dibiarkan mendingin dalam gelas. antara doa dan dosa inilah ziarah yang bertahan lewat kecup kuncup-kuncup cendawan di puing ngilu hanya saja sisa air mata berserakan pada jalan menjebak kita sekaligus memungut sisa doa yang jatuh bagaikan dosa yang humus dalam akar. sepanjang jalan kenangan Tuhan memandang dalam sembahyang adakah doa untukku??

Yang Terlupakan

Natalia.... Jangan pernah mengajariku. Bagaimana caranya melupakan  Ku pastikan, aku tak sanggup melakukannya.   Natalia.... Yang kutahu, aku hanya mampu merawat ingatan.  Dan meletakkannya segala tentangmu. Dalam memori paling lekat.   Natalia.... Jangan pernah berkata pergi, biarkan suara-suara itu dimaknai sebagai perhatian untukmu.   Natalia.... Mungkinkah? Waktu menjadi milik kita, untuk saling beradu tatap, bergenggaman tangan, atau renyah gelak tawa saat. Lidah kita berapi. Mengisi kekosongan itu kelak?   Natalia.... Aku takut pada waktu.  Aku tidak berjanji, aku mengingatnya, dan rindu yang ada padamu, takkan kubiarkan membatu.   Natalia.... Tetaplah menjadi sosokmu yang dulu.  Agar kau selalu kuanggap indah. Karena demi apa pun, kamu melebihi apa pun

Ah! Kamu Natalia

  Natalia.... Aku akan mendengarkanmu. Segala keluh kesahmu. Aku cukup tahu kuat dan rapuhmu. Sesekali berpalinglah ke arahku Bersandarlah padaku. Libatkan aku di setiap rasamu. Kesulitan dan sedihmu Senyum dan tawamu.   Natalia.... Aku akan ada di detik berikutnya. Setelah engkau memanggilku.   Natalia..... Aku sungguh tahu dirimu. "Jika engkau tak berhenti bermain tangguh"   Natalia…. Tapi tak ada salahnya, Sesekali datang padaku. Katakan lelahmu. Ataukah sekadar rasa bosanmu  o leh peran ganda. Yang sama di sepanjang perjalanan Natalia.... Tak perlu tersenyum untuk terlihat. Baik-baik saja. Karena sesekali aku juga ingin melihatmu. Sebenar-benarnya dirimu. Sebagai pemeran tunggal untuk satu peran. Hanya engkau. Kamu. Dan dirimu sendiri. Ah! Kamu, Natalia....