Pendidikan adalah proses komunikatif yang melibatkan transformasi pengetahuan, nilai, dan keterampilan sepanjang hayat dari generasi ke generasi baik di dalam maupun di luar sekolah [Dwi Siswoyo, 2008:25]. Melihat definisi pendidikan di atas bisa diartikan bahwa pendidikan adalah kunci kehidupan seseorang. Pendidikan dan perempuan adalah dua hal yang berbeda, namun keduanya berjalan beriringan.
Di Indonesia, para pelajar hanya memikirkan bagaimana nilai yang diperolehnya bisa memenuhi standar penilaian yang ditentukan, sehingga para pelajar tidak peduli bagaimana cara agar mendapatkan nilai tersebut dengan baik. Namun, yang terpenting bagi pelajar ini adalah bisa meraih nilai diatas standar evaluasi pendidikan di Indonesia. Pemikiran seperti inilah yang sangat mengkhawatirkan karena menjadi salah satu penyebab rendah nya mutu pendidikan di Indonesia.
Seiring perkembangan zaman serta pengaruh teknologi yang terus-menerus semakin canggih, banyak mengubah pola pikir dan pandangan masyarakat di Indonesia mengenai pendidikan, termasuk pola pikir dan pandangan pentingnya pendidikan bagi perempuan. Pada era perkembangan pesat sekarang ini, pendidikan bagi perempuan adalah kunci penting untuk melaksanakan perannya. Bukan hanya itu, di zaman sekarang seorang perempuan di tuntut untuk memiliki pengetahuan yang luas, karena sejatinya perempuan merupakan pemegang kontribusi besar untuk menentukan bagaimana nasib generasi penerus bangsa nantinya di masa depan.
Namun demikian, walaupun zaman telah canggih, ternyata tingkat partisipasi perempuan terhadap pendidikan masih rendah. Menurut Nur Syam dalam blognya [www.nursyam.sunan-ampel.ac.id] ada beberapa pandangan mengapa banyak perempuan tidak memilih untuk melanjutkan pendidikannya. Pertama, pandangan sosiologis yang menyatakan bahwa perempuan dalam banyak hal lebih di posisikan keberadaannya di dalam rumah. Kedua, sudut pandang psikologis, bahwa perempuan tidak penting untuk pendidikan karena status mereka pada akhirnya hanya sebagai seorang istri. Ketiga, pandangan budaya, menganggap bahwa perempuan adalah orang yang secara kebudayaan memang tidak memerlukan pendidikan tinggi. Keempat, pandangan ekonomi, banyak perempuan yang tidak melanjutkan pendidikan karena ketidakmampuan secara finansial. Pandangan seperti inilah yang mengakibatkan mengapa partisipasi perempuan dalam pendidikan masih rendah.
Seperti yang bisa di lihat pada saat ini, banyak perempuan terutama di pedesaan, hanya karena lingkungan sekitarnya telah beranggapan bahwa berpendidikan SD, SMP, atau SMA saja sudah cukup karena yang terpenting perempuan itu bisa membaca dan berhitung sehingga perempuan itu tidak perlu lagi untuk melanjutkan pendidikannya. Pandangan seperti ini sangat memprihatinkan dan memunculkan simpati banyak kalangan. Bagaimana bisa seorang perempuan yang sebagai pendidik atau madrasah pertama bagi generasi penerus bangsa mendapatkan kesempatan yang terbatas untuk turut terlibat dalam dunia pendidikan secara global. Namun, jika melihat kondisi terbaru saat ini, Indonesia termasuk ke dalam kategori negara miskin apabila disejajarkan dengan negara-negara maju yang dimana partisipasi perempuan dalam pendidikan sudah setara dengan laki-laki.
Tidak gampang bagi perempuan untuk mengenyam pendidikan tinggi. Apalagi jika menyangkut kodrat perempuan yang akhirnya menjadi ibu rumah tangga. Namun juga tidak ada salahnya jika perempuan ini yang akan menjadi calon ibu rumah tangga memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan dan sekolah adalah dua hal yang tidak selaras, tapi saling beriringan. Kenyataannya tidak semua perempuan yang pernah sekolah tinggi menjadi manusia yang terdidik dan memiliki pemikiran serta wawasan yang luas, meskipun dalam sistem formal orang tersebut telah menempuh perjalanan untuk mendapatkan gelar pendidikan yang tinggi. Begitupun sebaliknya, tidak semua perempuan yang putus sekolah memiliki perilaku yang tidak terdidik, bahkan banyak diantara mereka yang memiliki pengetahuan yang luas.
Pada zaman modern dan canggih seperti sekarang ini, semua kalangan bisa menimba ilmu tanpa lewat sistem pendidikan yang formal. Dengan cara mengakses internet, mereka sudah bisa mengakses teknologi dan mendapatkan ilmu. Tak hanya itu, sekarang juga banyak seminar online gratis yang di buka untuk umum, serta banyaknya buku bacaan yang berhamburan untuk dijadikan sebagai referensi sumber pengetahuan. Jadi, tidak ada alasan bagi perempuan untuk tidak bisa mendapatkan pendidikan.
Zaman sekarang pun pendidikan yang dibutuhkan bukan hanya sekadar pendidikan formal yang didapat dari bangku sekolah ataupun universitas. Tapi seseorang juga butuh pendidikan non formal. Sejatinya, pendidikan formal tidak dapat berjalan tanpa pendidikan non formal berupa peran keluarga dan masyarakat lingkungan sekitar dalam pendidikan. Seperti yang dikemukakan Joesoef Sulaiman, dalam konsep dasar pendidikan luar sekolah yaitu “Di dalam keluargalah anak pertama-tama menerima pendidikan, dan pendidikan yang diperoleh didalam keluarga ini merupakan pendidikan yang terpenting atau utama terhadap perkembangan pribadi anak”. Itulah sebabnya kenapa pendidikan selalu ditekankan kepada keluarga sebagai elemen pendidikan non formal. Hal ini sangat erat kaitannya dengan peran perempuan sebagai pemberi pendidikan untuk generasi selanjutnya.
Pemikiran tentang pentingnya pendidikan bagi perempuan bukan hanya di sampaikan oleh orang barat saja. Namun, Indonesia juga memiliki orang yang memikirkan bahwa pendidikan bagi perempuan itu sangatlah penting, yaitu R.A Kartini yang memperjuangkan hak-hak perempuan atas pendidikan yang layak. Ide-ide Kartini digunakan sebagai pedoman peran perempuan dalam pendidikan, tentang bagaimana lingkungan memberikan hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan penuh. Karena aspek pendidikan untuk wanita sangat berpengaruh di segala bidang. Walaupun nantinya, jika seorang perempuan itu akan memilih menjadi seseorang ibu rumah tangga. Sebab, pada dasarnya semua perempuan memiliki akses yang sama dalam mendapatkan pendidikan tanpa memandang status sosial, karena itulah makna kesetaraan pendidikan itu sendiri.
R.A Kartini bisa dikatakan sebagai tokoh perubahan di bidang pendidikan perempuan yang menjelaskan akan pentingnya pendidikan bagi perempuan. Setelah melalui berbagai tantangan, perjuangannya berhasil mendorong perempuan untuk berpikir lebih progresif. Kartini mengatakan pendidikan seharusnya tidak hanya menajamkan pikiran, tetapi memperkuat karakter. Ketika sistem pendidikan hanya mementingkan intelektualitas dan bukan karakter, maka yang terjadi di dalam sebuah bangsa adalah rasa rendahnya sikap kemanusiaan. Melalui pendidikan kita dapat menyempurnakan diri sebagai makhluk yang memiliki intelektual dan beretika dalam bersikap.
Pendidikan dan perempuan adalah dua kata yang menjadi hal yang unik untuk diperbincangkan. Seperti kutipan sebuah kalimat “Perempuan mah gak usah punya pendidikan yang tinggi, nanti ujung-ujungnya bakal ngurusin dapur juga”. Jika diperhatikan dari waktu ke waktu masyarakat Indonesia semakin menyadari betapa pentingnya peranan perempuan di berbagai bidang kehidupan. Orientasi pendidikan yang dilakukan selama ini hanya fokus pada pengembangan bakat untuk dunia kerja. Karena itu, tidak heran jika sebagian dari masyarakat masih menganggap bahwa pendidikan tidak penting bagi perempuan. Namun kenyataannya, dalam realita kehidupan perempuan itu akan memegang peran ganda, yaitu sebagai peran domestik untuk mengurus keluarganya dan peran publik pada saat berinteraksi dengan lingkungan masyarakat sekitar. Untuk memenuhi peran ini, perempuan harus memiliki modal pendidikan yang cukup. Pada kalangan ilmuwan diketahui, bahwa secara umum imbas pemikiran dan emosi seorang ibu sangatlah besar terhadap kepribadian seorang anak yang dilahirkannya kelak. Artinya pengasuhan ibu dimulai sejak anak berada di dalam kandungan. Lantas bagaimana seorang anak bisa berhasil dibesarkan dan terdidik jika ibunya tidak berpendidikan?
Perempuan bisa dikatakan sebagai pucuk nya bangsa, maksudnya disini perempuan mempunyai tugas penting dalam mempersiapkan generasi bangsa yang berkualitas untuk masa depan. Peranan perempuan memiliki pengaruh yang luar biasa dalam segala aspek kehidupan. Sebagai pucuk nya bangsa, perempuan diharapkan menjadi perempuan yang cerdas dalam banyak hal, baik secara akademis maupun agama, karena seorang perempuan kelak akan menjadi seorang ibu dan perempuan tangguh yang menjadi contoh dalam berperilaku baik bagi putra-putrinya kelak, termasuk lingkungan sekitarnya.
Generasi manusia hebat adalah sebuah karya dari bagaimana sebuah keluarga mendidik generasi itu sendiri, terutama peran si ibu. Seorang ibu adalah penentu sifat dan karakter kepribadian bagi anak-anaknya. Di era modern saat ini, para perempuan sudah mulai melihatkan bahwa mereka bisa berkarya dan mereka bisa produktif dalam menguasai kelebihannya di bidangnya masing-masing. Perempuan zaman sekarang sudah harus diberi kesempatan untuk bisa menentukan pilihan hidupnya, baik dalam menjalankan pendidikan, berkarir, maupun memilih untuk mengabdi sebagai ibu rumah tangga. Perempuan juga harus bisa berkarya, walaupun perempuan tersebut lebih memilih menjadi ibu rumah tangga daripada berkarir. Seperti R.A Kartini yang selalu mengucapkan dua kata yang dijadikan semboyannya “Aku Mau”. Dengan kata inilah perempuan di Indonesia banyak termotivasi untuk terus mau dalam meningkatkan kualitas dirinya.
Pendidikan merupakan salah satu jalan yang menjadikan perempuan sebagai pemegang kontribusi yang besar dalam membawa perubahan. Pendidikan juga menjadi salah satu faktor untuk perempuan dalam memiliki kemandirian dalam bekerja baik itu di luar ataupun di dalam rumah tempat tinggalnya. Dari pernyataan tersebut, idealnya tidak ada lagi alasan untuk mendiskriminasikan pendidikan bagi kaum perempuan, karena pendidikan adalah bentuk jalan bagi perempuan untuk menyelamatkan dirinya dari pernikahan di usia muda. Tak hanya itu, dengan pendidikan perempuan bisa sadar bahwa hidup tidak semulus ketika lahir, tumbuh menjadi orang dewasa, lalu meninggal dunia. Perempuan adalah tiang kesuksesan bagi sebuah negara dan keluarganya. Dengan adanya perempuan yang memiliki karakter baik dan pendidikan yang luas, maka akan terbentuk pemikiran yang kritis. Dalam kata lain, negara sudah menyelamatkan perempuan itu sendiri, karena mereka yang memiliki pendidikan tinggi itu merupakan sebuah aset penentu bagaimana arah negara di masa depan. Oleh karenanya, para perempuan tetaplah bersemangat dalam menempuh pendidikan setinggi apapun, jangan pernah merasa minder atau takut akan perkataan lingkungan sekitar, karena dengan perempuan yang cerdas dan hebat akan tercipta sebuah bangsa yang maju dan sejahtera.
Komentar
Posting Komentar