Sejak dibaptis, kita telah mengakui Tuhan satu-satunya
yang kita Imani. Percaya bahwa Yesus adalah Mesias terjanji. Dialah penebus, yang datang menggenapi janji penyelatan Allah, melalui misteri salib. Demi rencana penebusan, Ia bersedia menderita. Mati di salib. Menmpersembahkan nyawa karena mencintai kita. Lalu dibangkitkan pada hari ketiga. Itulah hari keselamatan kita. Hari kemenangan Tuhan atas maut dan dosa.
Yang kita imani adalah Tuhan yang menderita demi memulihkan kita. Tuhan yang terluka demi meyembuhkan kita. Tuhan yang dihina demi memuliakan kita. Tuhan yang tetap merentangkan tangan dalam ketakberdayaan salib demi menguatkan dan merangkul kita yang hilang asa dan tak berpengharapan. Tuhan yang mati dan hidup kembali membawa kemenangan bagi kita. Kita mengimani Tuhan yang hidup. Bukan kepada Tuhan yang mati.
Pengakuan iman yang demikian, kita nyatakan secara pribadi dan bersama sebagai anggota gereja, pertama-tama dalam shadat para rasul, dalam doa Aku Percaya. Dengan meterai babtis yang tak akan terhapus, maka pengakuan iman kita akan Yesus, tetap teguh hingga titik nafas terakhir. Tak boleh goyah atau digadai hanya karena kenikmatan hidup, karena rupiah dan materi.
Ujian iman memang ada. Tetapi tak boleh membuat kita sampai meyangkal atau meingkari Tuhan yang kita Imani. Melainkan semakin mematangkan dan mendewasakan iman. Maka hadapi dengan penuh syukur dan pasrah. Kitapun diajak, saling memberi pengakuan dan memuji secara tulus. Janganlah merasa iri dan tersaingi melihat prestasi atau keberhasilan sesama.
Ingat kata Tuhan, “Barang siapa mengakui Aku di depan manusia, dia akan Ku akui juga di depan BapaKu di surga”. Diakui berarti, pantas diterima sebagai anak. Dan, dianggap layak menerima mahkota iman, yakni keselamatan kekal. Tak ada yang sia-sia. Yakinlah!
Tuhan memberkati. SALVE.***
Komentar
Posting Komentar