Langsung ke konten utama

Hai Apa Kabar

 


Aku kembali menyapa mu

 lewat ketikan jemari 

yang akan kau temukan di sini ..


Hai apa kabar

Lewat imajinasi

 juga ruang untuk berdedikasi 

ku tuangkan bait bait syair

 tentang rindu nya hati .


Aksara yang meraja Lela

 juga luapan emosi dalam jiwa

 yang tak bisa ku ucapkan lewat kata

 dalam bibir yang bungkam 

tanpa mau bersuara .


Lewat jemari yang berketik ketik

 membuat suatu kalimat ini

 ku harap jika kau membaca nya


Sudikah dirimu 

meluangkan waktu 

untuk membalas syair

 kerinduan ku ini .. 


Rindu yang bercangkol

 dalam dada ku curahkan

 dalam bentuk aksara tentu tujuan ku adalah supaya 

kamu dapat membaca nya suatu saat nanti .


Ku abadikan kerinduanku

 pada sajak sajak yang tersirat

 sedalam ini rasa rindu ku .


Untuk memiliki mu

 secara nyata mungkin akan  terlihat 

tak mungkin jadi biarlah

 aku memiliki mu sebatas kata .


Tentang tanggapan mu

 jikalau kau membaca nya suatu saat nanti .


Tolong jangan cemoh tulisan ku ini .

Memang ini begitu menggelikan

 Jika kamu membaca nya .


Hey ku katakan jangan mencemoh 

 aku sedang tak membuat lawakan 

kata jadi jangan kau tertawa 

 Cukup tersenyum jika ini menggelitik di sudut hati mu .


Tidak mengapa jika tulisan ini

 merupakan hiburan untuk dirimu ..

Karna tulisan ini memang ku buat untuk mu .

Hanya untuk mu .

Biarlah ku karyakan rasaku ini pada sebuah tulisan .


Bung Pirllo Luron

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untukmu Lewotobi

  Hai gunung merapi lewotobi.. Suaramu begitu menggelegar.. Getaranmu amat dahsyat.. Menyemburkan panasnya lahar hingga sampai kapan akan usai.. Lelahku menyusuri waktu.. Di setiap detik debu berterbangan.. mengikuti arah angin nan syahdu.. Pekat gelap pun seakan menutupi kompas arahku.. Erupsi hingga tangisan membahana mengundang luka tak kunjung sembuh.. Kulihat awan pun mulai menghitam.. Lahar menjelmah bagai air mengalir pada sekujur tubuhmu hingga menuju ke tanah ketuban anak tanah.. Mengapa semuanya ini terjadi..? Aku pun bermadah dalam doa mencurahkan duka pada yang kuasa.. Air mata menganak pada setiap pemilik hati yang berpasrah.. Asa terhenti tak dapat berkutik hingga terkulai.. Lahan pertanian bagai membeku tertutup debu vulkanik nan tebal... Semuanya terhempas oleh debu.. Dan puisiku menjadi saksi bisu hingga meneteskan air mata.. Lewotobi.. Lekas pulih kembali.. Dan biarkan cintamu bersemi tanpa henti.. Terpatri bagi anak tanah hingga abadi.. Pirlo Luron, Syair Anak Petani

Setiap Peristiwa Itu Indah

  Dalam hening malam, kita merenung, Tentang hidup yang terus berjalan. Setiap detik berharga, tak ada yang terbuang, Setiap pilihan membawa kita ke tujuan.   Ada suka, ada duka, dalam setiap cerita, Tapi semua itu bagian dari kehidupan kita. Kita belajar, kita tumbuh, kita terus bergerak, Mencari makna di balik setiap tikungan.   Kita berbagi cinta, kita berbagi tawa, Kita merasakan sakit, kita merasakan luka. Tapi di balik itu semua, ada kekuatan yang mengagumkan, Itulah kehidupan, selalu berubah, selalu berkelanjutan.   Jadi, mari kita hargai setiap momen, Dan belajar dari setiap peristiwa. Karena dalam setiap langkah dan setiap tindakan, Kita menemukan diri kita, dan makna kehidupan Pirllo Luron,Syair Anak Petani🌹

Tak cukup mencatat tangismu

  Mendengar ribuan bocah isak tangis Menyaksikan muka-muka penuh haru Melihat bocah menikuk mencari ibunya Bocah tersentuh kalah menyentuh tangan mereka berdebu, Semua jadi berbeda Selepas gelombang melanda AI Sirapaji Meluluhlantakkan Watan Lagadoni Yang tinggal hanyalah cerita Di sudut Ai Sirapaji Yang terlihat hanya sisa - sisa puing Bangunan terkeping - keping Apa yang terjadi disini??? Di sudut Watan Lagadoni Mereka menemukan seorang bayi Yang meratapi seonggok mayat Sambil terus meneriakkan "Ibu....Ibu Ai Sirapaji Watan Lagadoni Ratapan kian terdengar jelas Apa yang sebenarnya terjadi?? Ada apa dengan Ai Sirapaji Watan Lagadoni?? Namun entah mengapa Laut mengeluarkan amarahnya Gelombang besar terbentuk jelas Menghantam daratan dengan ganas Ai Sirapaji Watan Lagadoni kembali menangis Berlinang air mata jatuh ke tanah Menyaksikan gelombang yang kian bengis Menenggelamkan kampung halamanku... Bagaimana tidak Amarah yang besar itu Tanpa aba-aba,tanpa permisi Menggulung apa yang